Senin, 09 April 2012

FILSAFAT

TUGAS FILSAFAT ILMU

O L E H :

ARYANI LESTARI MULKAR
1101404004
A (FKIP Bahasa Inggris)

FKIP (FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN)
Tahun Ajaran 2011/2012

F I L S A F A T


1.     ARTI FILSAFAT

Kata filsafat berasal dari bahasa yunani dan berarti “cinta akan hikmat” atau “cinta akan pengetahuan” seorang “filsuf” adalah seorang “pecinta”, “pencari” (“philos”) hikmat atau pengetahuan (“sophia”). Kata “philosophos” diciptakan untuk menekankan sesuatu pemikiran Yunani seperti Pythagoras (582-496 SM) dan Plato (428-328 SM) yang mengkritik para “sofis” (sophists) yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua pertanyaan. Kata Pythagoras “hanya Tuhan yang mempunyai hikmah yang sungguh-sungguh”. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia ini yaitu “mencari hikmat”, ”mencintai pengetahuan”.

2.     ASAL FILSAFAT
Terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat antara lain didorong oleh rasa keheranan, kesangsian, dan kesadaran dan keterbatasan.
1.      Keheranan
Sejumlah Filsuf menunjukkan rasa heran, misalnya :
§      Plato yang menyatakan “maka kita melakukan pengamatan pada bintang-bintang, matahari dan langit”.
§      Immanuel Kant (1742-1804) yang pada batu nisan di kuburannya tertulis “coelum stellatum supra me lex moralis inkra me”, kedua gejala yang paling mengherankan menurut Kant adalah “ Langit berbintang-bintang di atasnya” dan “hukum moral dalam hatinya”.
2.      Kesangsian
Filsuf-filsuf lain seperti Augustinus (354-430) dan Descartes (1596-1650) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Sikap ini disebut sikap Skeptis (penyelidikan) berguna untuk suatu titik pangkal yang berfungsi sebagai dasar untuk semua ilmu pengetahuan lebih lanjut.
3.      Kesadaran akan keterbatasan
Filsuf-filsuf lain lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat kalau ia menyadari betapa kecil dan lemah ia, dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya.

            Ketiga jenis abstraksi tersebut sebagaimana dibedakan oleh Aristoteles masih tetap berguna untuk menerangkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan. Sebelum, dalam pengertian bahwa semua ilmu khusus telah mulai sebagai bagian dari filsafat yang kemudian menjadi dewasa, seperti masih kelihatan pada Aristoteles. Sedangkan filsafat datang sesudahnya, dalam pengertian bahwa semua ilmu menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mengatasi batas-batas spesialisasi mereka.
          Secara umum
              Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
v Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,
                Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
v Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
v Aristoteles
               Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
v Al Farabi
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
v Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
v Aristoteles ( (384 – 322 SM)
           Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
v Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )


v Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
v Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
v Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1.      Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2.      Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3.      Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4.      Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
v Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
v Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
v Sidi Gazalba
Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
v Harold H. Titus (1979 )
­              Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
­       Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
­       Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep );
­       Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
v Hasbullah Bakry
                Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
v Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
v Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
              Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
v Bertrand Russel
                 Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia dari pada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.













FILSAFAT ILMU
1.     PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

Filsafat Ilmu terdiri dari kata filsafat dan ilmu yang memiliki pengertian masing- masing. Filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “Falsafah”. Ditinjau dari bahasa Yunani yaitu “Philosophia”, yang berarti “Philos” cinta, suka, dan “Sophia” pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Menurut Aristoteles, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). Sedangkan Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu. Menurut Harold H. Titus mendefinisikan Ilmu sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis.
Sehingga jika kedua kata tersebut digabungkan, Filsafat Ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
                Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.     LANDASAN PENELAAHAN ILMU
Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :
1.      Landasan ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
-          Ontologi Ilmu
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa? Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata.
            Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai wujud dengan wujud penampakannya atau tidak?”. “Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang-ada ini?”. “Benarkah ilmu itu ada?” “Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas itu bermakna di tengah ruang yang-ada yang tidak terbatas itu?” “Kausalitas (ilmiah) yang selalu terbatas!” IPTEK baru mampu mengeksplorasi alam semesta ini sekitas 1% saja, dan 99% alam semesta ini masih misteri (Feyerebend) .
            Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain :
1.      Filsafat Materialisme
2.      Filsafat Idealisme
3.      Filsafat Dualisme
4.      Filsafat Skeptisisme
5.      Filsafat Agnostisme
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni:
1.      Logika (benar-salah)
2.      Etika (baik-buruk)
3.      Estetika (indah-jelek)
Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada : tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat ini- logika, etika, estetika, metafisika, dan politik- menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu.
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah defenisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua mana pun di dunia ini.
Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah “binatang berpikir”. Konsep binatang berpikir ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, Cina, dan sebagainya. Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indra senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan, copy atau gambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka.
Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354-430 M). Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah kebenaran. Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubah-ubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran yang mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan (apreance) dengan kenyataan (reality). Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak dapat dianggap ada berdiri sendiri).
      Hakikat kenyataan atau realitas memang dapat didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang :
1.      Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2.      Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna yang kehijauan, bunga mawar yang beraroma harum.

Ontologi, secara sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan antara lain secara :
a.      Metodis ; menggunakan cara ilmiah
b.      Sistematis ; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c.       Koheren ; unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d.      Rasional ; harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis)
e.      Komprehensif ; melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional-atau secara keseluruhan (holistik)
f.        Radikal ; diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g.      Universal ; muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku dimana saja

Beberapa aliran dalam ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme. Istilah-istilah terpenting yang terkait dengan ontologi :
-  yang-ada (being)
-  kenyataan/ realitas (reality)
-  eksistensi (existence)
-  esensi (esence)
-  substansi (substance)
-  perubahan (change)
-  tunggal (singular, one)
-  jamak (plural/ many)
   
Adapun karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan antara lain adalah :
1.      Ilmu yang berasal dari riset (penelitian)
2.      Tidak ada konsep wahyu
3.      Adanya konsep pengetahuan empiris
4.      Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
5.      Pengetahuan objektif
6.      Pengetahuan sistematik
7.      Pengetahuan metodologis
8.      Pengetahuan observatif (observable)
9.      Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)
11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali
12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas (causality)
14. Mengakui pengetahuan dan konsep relatif (bukan absolut)
15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
17. Memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan
18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
19. Menghargai berbagai metode eksperimen
20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi

Ontologi ilmu, layak dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu        kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

2. Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verifikasi.
-      Epistemologi Ilmu
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti  pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan/ metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan, untung-untungan (trial an error), akal sehat (common sense), prasangka, otoritas (kewibawaan), dan pengalaman biasa.
           Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisasikan dan menganalisis data, menyimpulkan dan conlusion, melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara lebih cepat.
           Epistemologi bertalian dengan defenisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lim (objek). Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya. Pertanyakan dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau tidak. Ragukan dulu, baru yakini atau tidak.
           Pertanyaan utama epistemologi jenis ini adalah, apa yang benar-benar sudah kita ketahui dan bagaimana cara kita mengetahuinya? Epistemologi ini tidak peduli apakah batu di depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa ada batu di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik, kemudian menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak. Menurut Keith Lehrer secara historis terdapat tiga perspektif dalam epistemologi yang berkembang di Barat, yaitu dogmatic epistemology, critical epistemology, dan scientific epistemology.
1.   Dogmatic epistemology adalah pendekatan tradisional terhadap epistemologi, terutama Plato. Dalam perspektif epistemologi dogmatik, metaphysics (ontologi) diasumsikan dulu ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi. Setelah realitas dasar diasumsikan ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi untuk menjelaskan bagaimana kita mengetahui realitas tersebut. Pertanyaan utama epistemologi jenis ini : Apa yang kita ketahui? Lalu bagaimana cara kita mengetahuinya? Singkatnya, epistemologi dogmatik menetapkan ontologi sebelum epistemologi. Untuk melihat contoh cara kerja epistemologi jenis ini, silahkan lihat karya Plato, Theaetetus, terutama ketika ia menganalisis pengetahuan sebagai opini yang benar, forms sebagai the ultimate reality yang bermuara pada definisi bahwa pengetahuan adalah sebagai kesadaran intuitif  terhadap forms.
2.   Critical epistemology. Revolusi dari epistemologi dogmatik ke epistemology kritis diperkenalkan oleh Rene Descartes. Descartes membalik epistemologi dogmatik dengan menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya. Pertanyakan dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalau terbukti ada, baru dijelaskan.                 Berpikir dulu, baru yakini atau tidak. Ragukan dulu, baru yakini atau tidak. Descartes menganut the immediacy theses, bahwa apa yang kita ketahui adalah terbatas pada ide-ide yang adalah jiwa kita (our own minds). Metode Descartes disebut juga metode skeptis. Yakni, skeptis bahwa kita dapat mengetahui secara langsung objek di luar dari diri kita tanpa melalui jiwa kita. Tesis ini dikembangkan oleh David Hume dengan teori primary qualities dan secondary qualities. Pertanyaan utama epistemologi jenis ini : Apa yang dapat kita ketahui? Dapatkah kita mengetahuinya? Mungkinkah kita dapat mengetahui sesuatu di luar diri kita? Singkatnya, epistemologi kritis menetapkan ontologi setelah epistemologi.
                 Reid menolak tesis ini dengan berargumen bahwa kita mempunyai pengetahuan langsung tentang dunia luar (the external world). Menurut Reid, kita tidak melihat penampakan objek, tapi objek itu sendiri.
                 Contoh karya Descartes, Meditations, dan karya Hume, Inquiry Into the Human Understanding (terutama “The Sections on Perception and Scepticism”). Karya Reid, Inquiry and Essays (Selected Sections on Perception).
3.      Scientific epistemology. I argue that there is a third approach to epistemology where theories about we can know and theories about what is real are given equal status, that is, neither is assumed to be prior to the other. Consequently, a theory of knowledge should explain how we know those things which we most clearly do know and at the same time provide a critical standard of evaluation for knowledge claims.
Pertanyaan utama epistemologi jenis ini adalah apa yang benar-benar kita ketahui dan bagaimana cara kita mengetahuinya ? Epistemologi ini tidak peduli apakah batu di depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa ada batu di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik.
                 Epistemologi juga disebut teori pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan. Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut  (AR Lacey) : menemukan kebenaran dari masalah, pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran, pengamatan dan eksperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism (experimental operation, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk menemukan kebenaran, metode hipotetico-deduktif, induksi dan presuposisi/ teori untuk menemukan kebenaran fakta.
3.   Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
       -   Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni bagaiamana manusia harus hidup dan bertindak? Teori nilai atau aksiologi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai-nilai (values) bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan dan kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau appreciative responses.
                              Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
                              Ilmu pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends). Substansi ilmu itu bebas nilai (value-free), tergantung pada pemakaiannya. Karena itu, sangat dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya ke orang-orang yang berakal picik, sempit, dan sektarian ; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan kotor. Sekarang coba kita lihat, diberbagai bidang terjadi krisis: ketidakberdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan, kemiskinan, kesaktian, keterbelakangan, ketidakpercayaan, dan lainnya sebagai dampak missmanagement, missdirection, missmanipulation, dan lain sebagainya.
                              Tujuan dasarnya adalah menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah.
                              Contoh : pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah memengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan dalam bidang pertanian.
















PERKEMBANGAN ILMU
A. Zaman Pra-Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu :
1.       Zaman batu tua yang berlangsung 4 juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal bercocock tanam dan berternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif.
2.       Zaman Batu Muda yang berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah berkembang kemampuan–kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan  itu berupa tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, dan hukum.
3.       Zaman Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM  sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan peralatan perang.
B. Zaman Yunani Kuno
               Zaman ini berlangsung dari abad 6 M sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap ‘’aninquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)’’, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap  ‘’receptve attitude mind (sikap menerima segitu saja)’’. Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-323 SM) dari  Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.
                  Pada abad ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. Hal ini disebabkan oleh lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di Alexandria, yang fukos pada bidang empiris.
          Setelah Alexandria di kuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh tiga pokok penting :
1).  Penguasa Roma yang menekan kebebasan berfikir.
2). Ajaran Kristen tidak disangkal.
3). Kerjasama gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.
              Walaupun begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan pengetahuan. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang popular pada masa ini, yaitu :
1.      Thales (624-545 SM) dari Melitas, adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalag air. Pada  masanya, ia menjadi filusuf yang mempertanyakan isi dasar alam.
2.      Pythagoras (582 SM–496 SM) adalah seorang filusuf yang juga seorang ahli ukur namun lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik. Beliau juga di kenal sebagai ‘’ Bapak Bilangan’’, dan salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah ‘’Teorema Pythagoras‘’. Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan antara nada dengan panjang dawai.
3.      Socrates (470 SM -399 SM) adalah filsuf dari Athena. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupan contoh istemewa selaku filsuf yang jujur dan berani. Socrates menciptakan metode ilmu kebidanan yang dikenal dengan ‘’Maicutika Telenhe ‘’, yaitu suatu metode dialektiva untuk  melahirkan kebenaran.
4.      Democritus, dikenal sebagai ‘’bapak atom’’ pertama yang memperkenalkan konsep atom, bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil yang tidak dapat di bagi-bagi lagi.
5.      Plato (427 SM- 347SM), ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles, filsuf yang pertamakali membangkitkan persoalan being (hal ada) dan mempertentangkan dengan becoming( hal menjadi).
6.      Aristoteles (384 SM- 322 SM) adalah seorang filsuf yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander. Ia memberikan kontribusidi bidang metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu kedokteran dan ilmu alam. Dibidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologi secara sisitematis.
                Selain di Yunani, astronom dan ahli matematika juga berkembang di india. Aryabatha (476 M) melahirkan hitungan desimal sederhana. Di bidang astronomi ia juga memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus, dan invers), table trigonometri, teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.
C. Zaman Pertengahan
                    Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M, maka tampillah para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Segala aktifitas keilmuan harus berdasarkan atau mendukung agama. Dengan kata lain aktifitas ilmiah terkait erat dengan aktifitas keagamaan.
                Ketika bangsa eropa mengalami kegelapan, kebangkitan justru milik islam. Hal ini dimulai dari lahirnya nabi Muhammad SAW pada abad ke 6M. Perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke – 7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini islam mendapat masa keemasannya (golden age).
               Selain itu, pada abad ini terjadi abad perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan timur, seperti, ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mengatur akal sehat).
               Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan bangsa Arab yang di pengaruhi oleh budaya islam. Dengan berkembanganya pengaruh  islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut :
1.      Al Farabi (870 M -950 M). Adalah seorang komentator filsafat  Yunani yang sangat ulung di dunia islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al- farabi telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.
2.      Al-Khawarizmi (780 M – 850 M), hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku pertamanyanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah Al-kitab Al- mukhtasar  fi hisab Al-jabr  wa’al – muqalaba (buku rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3.      Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan islam. Al-kindi menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri , astronomi, aritmatika, musik (yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorology, dan politik.
4.      Al-Ghazali (1058 M – 111 M) adalah seorang filsuf dan theolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab, antara lain kitab Al – munqidih min adh – dalal, Al – risalah  al – quadsiyyah, dan mizan al – Amal.
5.      Ibnu sina ( 980 M – 1037 M ). Ia di kenal sebagai A Vicenna di dunia barat.  Ia adalah seorang  filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang berkaitan dengan karya – karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad – abad.
6.      Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang bahasa latin di sebut dengan Averroes, dan dia adalah filsuf dari spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam bentuk karangan, ulasan, essai, dan resume.
7.      Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M), adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak pendiri ilmu historiografi,  sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah ( pendahuluan ).
8.      Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert ( 721 M – 815 M ), dia adalah seorang tokoh islam yang mempelajari dan mengembangkan ilmu kimia.
9.      Al – razi ( 856 M – 925 M ), yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter  klinis ynag terbesar pada masa itu dan pernah mengadakan suatu penelitian  Al-kimi atau lebih dikenal dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang berjudul Contenens.
10. Ibnu Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat, dengan  nama Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberiakn ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop dan teleskop.
11. Al–Battani (850 M – 929 M), memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika. Dalam astronomi, al–Battani juga meningkatkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.
12. Dalam bidang fikih ada Imam Hanafi ( 699 M – 767 M ),  Imam Malik ( 712 M – 798 M ), Imam Syafi’I (767 M – 820 M ) dan Imam Hanbali ( 780 M – 855 M ), yang besar dengan kitab masing – masing
13. Dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi ( 1179 M – 1229 ), yang mengarang kitab Mu’jam al – buldan (kamus Negara). Ibnu  Yunis, Umar Al- khayyam , Will Durant, Feilding H. Gorrison, dan Abu Rayhan al – Biruni, di bidang sains dan antropologi.
14. Shen Kou ( 1031 M – 1095 M ), sorang ilmuwan cina yang pertama kali menggambarkan  magnet jarum-kompas yang digunakan untuk navigasi.
15. Su Song (1020 M – 1101 M), juga seorang astronom yang menciptakan langit bintang pada Atlas.
16. Jamal Al–din, mendirikan observatorium ikhtiar Al–din yang merancang  pembangunan istana raja di laut utara.
DZaman Renaissance
                Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M  sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu di lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh dari ajaran – ajaran agama.
Tokoh – tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai berikut :
1.      Nicolaus Capernicus ( 1473 M – 1543 M ), adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
2.      Galileo Galilei ( 1564 M – 1642 M ), adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran  besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop ( dengan 32 x pembesaran ) dan berbagai observasi astronomi. Dia adalah orang pertama yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal sekarang.
3.      Tycho Brahe ( 1546 M – 1601 M ), adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal sebagai astronom/astrolog  dan alkimiawan. Tycho adalh astronom pengamat paling menonjol di zaman pra –teleskop. Akurasi pengamatannya  pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa itu.
4.      Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom jerman,  Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya tentang pembiasan  cahaya tertuang dalam buku  ‘’supplement to witelo , expounding the optical part of astronomy’’. Ia orang pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
5.      Fancies Bacon ( 1561 M – 1626 M ), adalah seorang filsuf,  negarawan dan penulis Inggris. Karya – karyanya antar lain membangun dan mempopulerkan motodologi induksi untuk penelitian ilmiah, sering kali disebut metode Baconian.
6.      Andreas Vesalius ( 114b M – 1564 M ), adalah ahli anatomi. Ia memperkenalkan tentang anatomi tubuh manusia. Ia juga menulis sebuah teks mengenai tumbuhan obat.
Renaisans adalah suatu periode sejarah yang mencapai titik puncaknya kurang lebih pada tahun 1500. Perkataan “renaisans” berasal dari bahasa Prancis Renaissance yang artinya adalah “lahir kembali” atau “kelahiran kembali”. Yang dimaksudkan adalah kelahiran kembali budaya klasik  terutama budaya Yunani Kuno dan budaya Romawi Kuno yang dapat melakukan kegiatan pemikiran secara bebas tentang segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk kehidupan bertuhan.
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi abad pertengahan.
Dilihat dari definisinya, kata “renaissance” menyiratkan sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance dipandang sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang dianggap sebagai “klasik”) ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya, sekalipun semasa renaissance banyak orang membaca kesusastraan klasik dan mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari renaissance adalah lahirnya banyak pembaruan maupun penciptaan. Universitas tumbuh menjamur di seantero Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak.
Abad Renaisans (Bahasa Prancis/Bahasa Inggris : Renaissance; Bahasa Italia : Rinascimento; arti harfiah : kelahiran kembali) adalah sebuah gerakan kebudayaan antara abad ke-14 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan ini mencakup kebangkitan pengetahuan berdasarkan sumber-sumber klasik, tumbuhnya panutan pada Sri Paus dan segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya perspektif dalam seni lukis, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Gerakan Masa Pencerahan memberikan efek yang luar biasa pada semua usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tapi mungkin yang paling terkenal adalah kemajuan dari segi kesenian dan kontribusi dari pada polymath (orang yang memiliki ilmu yang tinggi dalam berbagai macam hal) seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang menyebabkan munculnya sebutan Renaissance Men.
Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan Italia. Hal ini dipicu kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut membuat para pemikir dan seniman menyingkir dari Romawi Timur menuju Eropa Barat.
Mereka menyadari telah dimulainya masa mesiu peledak dan untuk menguasai teknologi tersebut mereka harus  melepaskan diri dari pengaruh mistisisme zaman pertengahan dengan kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena dianggap pelanggaran terhadap misi ketuhanan.
Potret keluarga Medici oleh Ghirlandaio. Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firence. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak perlu lagi memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasan ini didukung oleh tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi secara bersama oleh bangsawan dan pedagang.
Dengan kebebasan besar itu, seniman dapat berkumpul dan mendirikan gilda-gilda seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda ini seniman mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat baru.
Abad renaisans memiliki sebuah sejarah yang panjang dan rumit, dan selalu muncul perdebatan di antara para sejarawan mengenai kegunaan kata ‘ Masa Pencerahan’ sebagai sebuah kata rujukan dan sebagai sebuah masa sejarah. Beberapa di antara mereka mempertanyakan apakah Masa Pencerahan benar-benar sebuah kemajuan kebudayaan dari Abad Pertengahan, atau hanya melihatnya sebagai suatu periode pesimisme dan nostalgia atas era klasik.
Walau sejarawan abad ke-19 lebih suka untuk menekankan bahwa Abad Renaisans merupakan perubahan yang jelas dari pola pemikiran dan kelakuan Abad Pertengahan, beberapa sejarawan modern belakangan lebih memerhatikan nilai kesinambungan antara kedua era tersebut. Saat ini sudah lumrah untuk menganggap bahwa penilaian akan satu era lebih baik atau lebih buruk dari era yang lain merupakan hal yang salah. Hal ini menyebabkan beberapa sejarawan untuk menyerukan agar mengakhiri penggunaan kata ‘Masa Pencerahan’ tersebut yang dianggap sebagai sebuah hasil pemikiran presentisme.
Zaman renaissance adalah zaman kelahiran kembali. Dalam zaman renaissance kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Kasusastraan, seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan Yunani-Romawi. Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu adalah “antropo-sentrisme”nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti dalam zaman kuno, atau tuhan, seperti dalam abad pertengahan, melainkan manusia. Mulai zaman renaissance, manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
Pada zaman renaissance manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat pemikiran, pusat kehendak, kebebasan dan dunia. Zaman renaissance juga memperlihatkan dalam seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir yang mempunyai kenyataan manusiawi, sebagi objeknya : Ekonomi, Sosiologi, Psikologi, Psikoanalisis, dan sebagainya.
Pada masa renaissance terdapat metode yang efektif dalam cara berpikir yaitu dengan melalui pendekatan ilmu secara sistematis. Satu-satunya metode yang efektif dalam cara berpikir secara sistematis dalam zaman Yunani dan Romawi ini disebut metode pendekatan silogistik.
Bahasa Yunani dianggap sebagai perintis pertama dalam mendekati perkembangan ilmu secara sistematis. Keberhasilan tersebut kemudian diikuti oleh bangsa Babylonia dan Hindu yang memberikan sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir. Setelah ini muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja menyumbangkan perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan sistem klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman-pengalaman manusia. Terlepas dari tendensi mereka untuk menitikberatkan teori-dengan sering melupakan pengalaman empiris-dan kurang memerhatikan percobaan sebagai sumber bukti keilmuan, bangsa Yunani dapat dianggap sebagai perintis dalam mendekati perkembangan ilmu secara sistematis.
Aspek positif semangat renaissance adalah :
1.      Bermakna kebangkitan
2.      Kembali percaya akan kekuatan akal
3.      Tokohnya Rene Descartes yang menyatakan manusia makhluk berpikir (Cogito ergo Sum)
4.      Ilmu pengetahuan dengan metode skeptik
5.      Bangkitnya paham rasionalisme
6.      Perlawanan pemikiran bebas terhadap agama
7.      Penelitian filsafat alam yang meragukan konsep geosentris
8.      Mazhab Itali dan temuan heliosentris
9.      Perkembangan empirisme dan positivism
10. Lahirnya ilmu pengetahuan
11. Filsafat vs. Ilmu pengetahuan
12. Bercerainya filsafat dengan ilmu pengetahuan (abad ke-17 hingga abad ke-20).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar