TUGAS
FILSAFAT ILMU
O L E H :
ARYANI
LESTARI MULKAR
1101404004
A (FKIP
Bahasa Inggris)
FKIP
(FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN)
Tahun Ajaran
2011/2012
F I L S A F A T
1.
ARTI
FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani dan
berarti “cinta akan hikmat” atau “cinta akan pengetahuan” seorang “filsuf”
adalah seorang “pecinta”, “pencari” (“philos”) hikmat atau pengetahuan
(“sophia”). Kata “philosophos” diciptakan untuk menekankan sesuatu pemikiran
Yunani seperti Pythagoras (582-496 SM) dan Plato (428-328 SM) yang mengkritik
para “sofis” (sophists) yang berpendapat bahwa mereka tahu jawaban untuk semua
pertanyaan. Kata Pythagoras “hanya Tuhan yang mempunyai hikmah yang
sungguh-sungguh”. Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia ini yaitu “mencari
hikmat”, ”mencintai pengetahuan”.
2. ASAL
FILSAFAT
Terdapat tiga hal yang mendorong manusia untuk
berfilsafat antara lain didorong oleh rasa keheranan, kesangsian, dan kesadaran
dan keterbatasan.
1. Keheranan
Sejumlah
Filsuf menunjukkan rasa heran, misalnya :
§ Plato yang menyatakan “maka kita melakukan
pengamatan pada bintang-bintang, matahari dan langit”.
§ Immanuel Kant (1742-1804) yang pada batu nisan
di kuburannya tertulis “coelum stellatum
supra me lex moralis inkra me”, kedua gejala yang paling mengherankan
menurut Kant adalah “ Langit berbintang-bintang di atasnya” dan “hukum moral
dalam hatinya”.
2. Kesangsian
Filsuf-filsuf
lain seperti Augustinus (354-430) dan Descartes (1596-1650) menunjukkan kesangsian
sebagai sumber utama pemikiran. Sikap ini disebut sikap Skeptis (penyelidikan)
berguna untuk suatu titik pangkal yang berfungsi sebagai dasar untuk semua ilmu
pengetahuan lebih lanjut.
3. Kesadaran akan keterbatasan
Filsuf-filsuf
lain lagi mengatakan bahwa manusia mulai berfilsafat kalau ia menyadari betapa
kecil dan lemah ia, dibandingkan dengan alam semesta sekelilingnya.
Ketiga
jenis abstraksi tersebut sebagaimana dibedakan oleh Aristoteles masih tetap
berguna untuk menerangkan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan. Sebelum, dalam pengertian
bahwa semua ilmu khusus telah mulai sebagai bagian dari filsafat yang kemudian
menjadi dewasa, seperti masih kelihatan pada Aristoteles. Sedangkan filsafat
datang sesudahnya, dalam pengertian bahwa semua ilmu menghadapi
pertanyaan-pertanyaan yang mengatasi batas-batas spesialisasi mereka.
Secara umum
Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
v Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan
Mustakim, S.Pd.,MM,
Istilah dari filsafat
berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya
dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan
bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris;
“philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
v Plato
Filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
v Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (
pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
v Al Farabi
Filsafat
adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya.
v Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak
lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
v Aristoteles ( (384 – 322 SM)
Bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi
sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
v Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah
sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
v Johann Gotlich Fickte (1762-1814
)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum,
yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
v Paul Nartorp (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan
pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .
v Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1.
Apakah yang dapat kita
kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2.
Apakah yang seharusnya
kita kerjakan (jawabannya Etika )
3.
Sampai dimanakah
harapan kita ?(jawabannya Agama )
4.
Apakah yang dinamakan
manusia ? (jawabannya Antropologi )
v Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
v Driyakarya
Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai
“mengapa yang penghabisan “.
v Sidi Gazalba
Berfilsafat
ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu
yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
v Harold H. Titus (1979 )
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang dijunjung tinggi;
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep );
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang
dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
v Hasbullah Bakry
Ilmu Filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
v Prof. Mr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya
seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
v Prof.Dr.Ismaun, M.Pd.
Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
v Bertrand Russel
Filsafat adalah
sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana
teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang
pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa
dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia
dari pada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
FILSAFAT ILMU
1.
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Filsafat Ilmu
terdiri dari kata filsafat dan ilmu yang memiliki pengertian masing- masing. Filsafat berasal dari bahasa
Arab yaitu “Falsafah”. Ditinjau dari bahasa Yunani yaitu “Philosophia”, yang
berarti “Philos” cinta, suka, dan “Sophia”
pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Menurut Aristoteles, Filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda). Sedangkan Ilmu adalah
pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu. Menurut Harold
H. Titus mendefinisikan Ilmu sebagai common science yang diatur dan
diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau
peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan
kritis.
Sehingga jika
kedua kata tersebut digabungkan, Filsafat Ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.
Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan
ilmu.
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Bidang garapan
Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.
LANDASAN PENELAAHAN ILMU
Secara singkat uraian
landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :
1.
Landasan ontologis
adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus
mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu atas dasar
spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan
ontologi yang berbeda.
-
Ontologi Ilmu
Ontologi terdiri dari
dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan
logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori
tentang wujud hakikat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki objek ilmu dan
keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa? Objek
ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau
pancaindra. Jadi objek ilmu adalah pengalaman indrawi. Dengan kata lain,
ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud
(yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata.
Ontologi sebagai cabang filsafat
yang membicarakan tentang hakikat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu? Apakah sesuai wujud dengan wujud
penampakannya atau tidak?”. “Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang-ada ini?”.
“Benarkah ilmu itu ada?” “Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kausalitas
itu bermakna di tengah ruang yang-ada yang tidak terbatas itu?” “Kausalitas
(ilmiah) yang selalu terbatas!” IPTEK baru mampu mengeksplorasi alam semesta
ini sekitas 1% saja, dan 99% alam semesta ini masih misteri (Feyerebend) .
Dari teori hakikat (ontologi) ini
kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat, antara lain :
1.
Filsafat Materialisme
2.
Filsafat Idealisme
3.
Filsafat Dualisme
4.
Filsafat Skeptisisme
5.
Filsafat Agnostisme
Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi
objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni:
1.
Logika (benar-salah)
2.
Etika (baik-buruk)
3.
Estetika (indah-jelek)
Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah
lagi yakni, pertama, teori tentang ada : tentang hakikat keberadaan zat,
hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum
dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang
ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat ini- logika, etika,
estetika, metafisika, dan politik- menurut Suriasumantri, kemudian berkembang
lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik
lagi yang disebut filsafat ilmu.
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM)
dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti
ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah defenisi atau konsep
universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda
mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada
di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik
yang hidup ataupun yang sudah mati. Idea kuda itu adalah paham, gambaran atau
konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda yang berada di benua mana pun
di dunia ini.
Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan
hidup yang kita kenal dan dapat berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah
“binatang berpikir”. Konsep binatang berpikir ini bersifat universal, berlaku
untuk seluruh manusia besar-kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa,
Asia, India, Cina, dan sebagainya. Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai
idea. Idea inilah yang merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud
sesuatu itu. Idea-idea itu berada di balik yang nyata dan idea itulah yang
abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indra
senantiasa berubah. Karena itu, ia bukanlah hakikat, tetapi hanya bayangan,
copy atau gambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda-benda yang dapat
ditangkap dengan panca indra ini hanyalah khayal dan ilusi belaka.
Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354-430 M). Menurut
Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada
kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang
benar, tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu
adalah kebenaran. Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih
ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubah-ubah), dan itulah yang
menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar.
Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran yang mutlak
inilah oleh Augustine disebut Tuhan.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedakan antara penampakan (apreance) dengan kenyataan (reality). Thales
terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan
substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih
penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari
satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak dapat dianggap ada berdiri
sendiri).
Hakikat kenyataan atau realitas
memang dapat didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang :
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
yang kehijauan, bunga mawar yang beraroma harum.
Ontologi, secara
sederhana dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu
hendaknya diuraikan antara lain secara :
a. Metodis ; menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis ; saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan
c. Koheren ; unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional ; harus berdasar pada kaidah berpikir yang benar (logis)
e. Komprehensif ; melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional-atau secara keseluruhan (holistik)
f.
Radikal ; diuraikan
sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal ; muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku dimana
saja
Beberapa aliran dalam ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme.
Istilah-istilah terpenting yang terkait dengan ontologi :
- yang-ada (being)
- kenyataan/ realitas (reality)
- eksistensi (existence)
- esensi (esence)
- substansi (substance)
- perubahan (change)
- tunggal (singular, one)
- jamak (plural/ many)
Adapun karakteristik
(ontologi) ilmu pengetahuan antara lain adalah :
1. Ilmu yang berasal dari riset (penelitian)
2. Tidak ada konsep wahyu
3. Adanya konsep pengetahuan empiris
4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
5. Pengetahuan objektif
6. Pengetahuan sistematik
7. Pengetahuan metodologis
8. Pengetahuan observatif (observable)
9. Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)
11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali
12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas (causality)
14. Mengakui pengetahuan dan konsep relatif (bukan absolut)
15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
17. Memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan
18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
19. Menghargai berbagai metode eksperimen
20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi
Ontologi ilmu, layak
dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini
dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu
kedokteran, ilmu budaya, fisika,
ilmu teknik dan sebagainya).
2. Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau
menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada
dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan
induksi-deduksi-verifikasi.
- Epistemologi Ilmu
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi
epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya.
Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang
membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan
sumber pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat
yang menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau prosedur
mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan
ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah, dan metode
problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan/ metode
non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara
kebetulan, untung-untungan (trial an error), akal sehat (common sense),
prasangka, otoritas (kewibawaan), dan pengalaman biasa.
Metode
ilmiah adalah cara memperoleh pengetahuan melalui pendekatan deduktif dan
induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan
cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
mengorganisasikan dan menganalisis data, menyimpulkan dan conlusion, melakukan
verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan
teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat
dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan,
mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan sesuatu kejadian secara lebih cepat.
Epistemologi
bertalian dengan defenisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat
nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lim (objek).
Dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal usul,
asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu
penting dalam menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya.
Pertanyakan dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu
ada, kalau terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau
tidak. Ragukan dulu, baru yakini atau tidak.
Pertanyaan
utama epistemologi jenis ini adalah, apa yang benar-benar sudah kita ketahui
dan bagaimana cara kita mengetahuinya? Epistemologi ini tidak peduli apakah
batu di depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa
ada batu di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik, kemudian menentukan
sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan
karakter pengetahuan, bahkan menentukan “kebenaran” macam yang dianggap patut
diterima dan apa yang patut ditolak. Menurut Keith Lehrer secara historis
terdapat tiga perspektif dalam epistemologi yang berkembang di Barat, yaitu
dogmatic epistemology, critical epistemology, dan scientific epistemology.
1. Dogmatic epistemology adalah pendekatan tradisional terhadap epistemologi,
terutama Plato. Dalam perspektif epistemologi dogmatik, metaphysics (ontologi)
diasumsikan dulu ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi. Setelah realitas
dasar diasumsikan ada, baru kemudian ditambahkan epistemologi untuk menjelaskan
bagaimana kita mengetahui realitas tersebut. Pertanyaan utama epistemologi
jenis ini : Apa yang kita ketahui? Lalu bagaimana cara kita mengetahuinya?
Singkatnya, epistemologi dogmatik menetapkan ontologi sebelum epistemologi.
Untuk melihat contoh cara kerja epistemologi jenis ini, silahkan lihat karya
Plato, Theaetetus, terutama ketika ia menganalisis pengetahuan sebagai opini
yang benar, forms sebagai the ultimate reality yang bermuara pada definisi
bahwa pengetahuan adalah sebagai kesadaran intuitif terhadap forms.
2. Critical epistemology. Revolusi dari epistemologi dogmatik ke epistemology
kritis diperkenalkan oleh Rene Descartes. Descartes membalik epistemologi
dogmatik dengan menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelum menjelaskannya.
Pertanyakan dulu secara kritis, baru diyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu
ada, kalau terbukti ada, baru dijelaskan. Berpikir dulu, baru yakini atau
tidak. Ragukan dulu, baru yakini atau tidak. Descartes menganut the immediacy
theses, bahwa apa yang kita ketahui adalah terbatas pada ide-ide yang adalah
jiwa kita (our own minds). Metode Descartes disebut juga metode skeptis. Yakni,
skeptis bahwa kita dapat mengetahui secara langsung objek di luar dari diri
kita tanpa melalui jiwa kita. Tesis ini dikembangkan oleh David Hume dengan
teori primary qualities dan secondary qualities. Pertanyaan utama epistemologi
jenis ini : Apa yang dapat kita ketahui? Dapatkah kita mengetahuinya?
Mungkinkah kita dapat mengetahui sesuatu di luar diri kita? Singkatnya,
epistemologi kritis menetapkan ontologi setelah epistemologi.
Reid menolak tesis
ini dengan berargumen bahwa kita mempunyai pengetahuan langsung tentang dunia
luar (the external world). Menurut Reid, kita tidak melihat penampakan objek,
tapi objek itu sendiri.
Contoh karya Descartes,
Meditations, dan karya Hume, Inquiry Into the Human Understanding (terutama
“The Sections on Perception and Scepticism”). Karya Reid, Inquiry and Essays
(Selected Sections on Perception).
3.
Scientific
epistemology. I argue that there is a third approach to epistemology where
theories about we can know and theories about what is real are given equal
status, that is, neither is assumed to be prior to the other. Consequently, a
theory of knowledge should explain how we know those things which we most
clearly do know and at the same time provide a critical standard of evaluation
for knowledge claims.
Pertanyaan
utama epistemologi jenis ini adalah apa yang benar-benar kita ketahui dan
bagaimana cara kita mengetahuinya ? Epistemologi ini tidak peduli apakah batu
di depan mata kita adalah penampakan atau bukan. Yang ia urus adalah bahwa ada
batu di depan mata kita dan kita teliti secara sainstifik.
Epistemologi juga disebut teori
pengetahuan atau kajian tentang justifikasi kebenaran pengetahuan atau kepercayaan.
Untuk menemukan kebenaran dilakukan sebagai berikut (AR Lacey) : menemukan kebenaran dari
masalah, pengamatan dan teori untuk menemukan kebenaran, pengamatan dan
eksperimen untuk menemukan kebenaran, falsification atau operasionalism
(experimental operation, operation research), konfirmasi kemungkinan untuk
menemukan kebenaran, metode hipotetico-deduktif, induksi dan presuposisi/ teori
untuk menemukan kebenaran fakta.
3. Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan
penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan
perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
- Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau
nilai suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat
menjadi sarana orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang
amat fundamental, yakni bagaiamana manusia harus hidup dan bertindak? Teori
nilai atau aksiologi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan kata
lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu
pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu
berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia
atau tidak. Nilai-nilai (values) bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan
dan kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau appreciative responses.
Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan
penggunaan ilmu tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan
perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu
dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.
Ilmu pengetahuan itu hanya alat (means) dan bukan
tujuan (ends). Substansi ilmu itu bebas nilai (value-free), tergantung pada
pemakaiannya. Karena itu, sangat dikhawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan
pengetahuan yang sarat muatan negatif dikendalikan atau jatuhnya ke orang-orang
yang berakal picik, sempit, dan sektarian ; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat,
bertangan besi dan kotor. Sekarang coba kita lihat, diberbagai bidang terjadi
krisis: ketidakberdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan, kemiskinan, kesaktian,
keterbelakangan, ketidakpercayaan, dan lainnya sebagai dampak missmanagement,
missdirection, missmanipulation, dan lain sebagainya.
Tujuan
dasarnya adalah menemukan kebenaran atas fakta “yang ada” atau sedapat mungkin
ada kepastian kebenaran ilmiah.
Contoh :
pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah memengaruhi tingkat
kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan
simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut
benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan dalam bidang pertanian.
PERKEMBANGAN ILMU
A. Zaman Pra-Yunani Kuno
Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu :
1.
Zaman batu tua yang berlangsung 4
juta tahun SM sampai 20.000/10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai
beberapa ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang
dibuat dari batu dan tulang, mengenal bercocock tanam dan berternak, dan dalam
kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan primitif.
2.
Zaman Batu Muda yang berlangsung
tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah
berkembang kemampuan–kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan itu
berupa tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari
bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan menghitung. Dalam zaman ini juga
berkembang masalah perbintangan, matematika, dan hukum.
3.
Zaman Logam. Zaman ini berlangsung
dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai
peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang.
B. Zaman Yunani Kuno
Zaman ini
berlangsung dari abad 6 M sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan
sikap ‘’aninquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara
kritis)’’, dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap ‘’receptve
attitude mind (sikap menerima segitu saja)’’. Sehingga pada zaman
ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman
keemasannya (zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung(356-323 SM)
dari Macedonia, yang merupakan salah
seorang murid Aristoteles.
Pada abad
ke- 0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. Hal ini disebabkan oleh
lahirnya Kristen. Pada abad pertama sampai abad ke- 2 M mulai ada pembagian
wilayah perkembangan ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan
dibidang kemampuan intelektual. Sedangkan wilayah kedua berpusat di Alexandria,
yang fukos pada bidang empiris.
Setelah Alexandria
di kuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstrak, pada abad ke- 4dan
ke- 5 M ilmu pengetahuan pegetahuan benar-benar beku. Hal ini di sebabkan oleh
tiga pokok penting :
1). Penguasa Roma yang menekan kebebasan berfikir.
2). Ajaran Kristen tidak disangkal.
3). Kerjasama gereja dan penguasa sebagai otoritas kebenaran.
Walaupun
begitu, pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh
aljabar, Poppus dan Diopanthus yang berperan dalam perkembangan pengetahuan.
Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang
popular pada masa ini, yaitu :
1.
Thales (624-545 SM) dari Melitas,
adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi
dasar segala materi adalag air. Pada masanya, ia menjadi filusuf yang
mempertanyakan isi dasar alam.
2.
Pythagoras (582 SM–496 SM) adalah
seorang filusuf yang juga seorang ahli ukur namun lebih dikenal dengan
penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik. Beliau juga di kenal sebagai ‘’
Bapak Bilangan’’, dan salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal
adalah ‘’Teorema
Pythagoras‘’. Selain itu, dalam ilmu ukur dan aritmatika ia
berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan menemukan
antara nada dengan panjang dawai.
3.
Socrates (470 SM -399 SM) adalah
filsuf dari Athena. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupan contoh
istemewa selaku filsuf yang jujur dan berani. Socrates menciptakan metode ilmu
kebidanan yang dikenal dengan ‘’Maicutika Telenhe ‘’, yaitu suatu metode dialektiva
untuk melahirkan kebenaran.
4.
Democritus, dikenal sebagai
‘’bapak atom’’ pertama yang memperkenalkan konsep atom, bahwa alam semesta ini
sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil yang tidak
dapat di bagi-bagi lagi.
5.
Plato (427 SM- 347SM), ia adalah
murid Socrates dan guru dari Aristoteles, filsuf yang pertamakali membangkitkan
persoalan being
(hal ada) dan mempertentangkan dengan becoming( hal
menjadi).
6.
Aristoteles (384 SM- 322 SM)
adalah seorang filsuf yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander. Ia
memberikan kontribusidi bidang metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu
kedokteran dan ilmu alam. Dibidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologi secara sisitematis.
Selain
di Yunani, astronom dan ahli matematika juga berkembang di india. Aryabatha
(476 M) melahirkan hitungan desimal sederhana. Di bidang astronomi ia juga
memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus,
dan invers), table trigonometri, teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.
C. Zaman Pertengahan
Zaman
ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada
abad 6 M sampai sekitar abad 14 M, maka tampillah para theology di lapangan
ilmu pengetahuan. Segala aktifitas keilmuan harus berdasarkan atau mendukung
agama. Dengan kata lain aktifitas ilmiah terkait erat dengan aktifitas
keagamaan.
Ketika
bangsa eropa mengalami kegelapan, kebangkitan justru milik islam. Hal ini
dimulai dari lahirnya nabi Muhammad SAW pada abad ke 6M. Perluasan wilayah,
pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu
pengetahuan pada abad ke – 7 M sampai abad ke-12 M. Pada masa ini islam
mendapat masa keemasannya (golden age).
Selain itu,
pada abad ini terjadi abad perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan timur,
seperti, ajaran Lao Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius
(konsep kode etik luhur mengatur akal sehat).
Sepanjang
Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang
kerajaan bangsa Arab yang di pengaruhi oleh budaya islam. Dengan berkembanganya
pengaruh islam, maka semakin banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan yang
berperan dalam perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut :
1.
Al Farabi (870 M -950 M). Adalah
seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia islam.
Kontribusinya terletak di berbagai bidang matematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik. Al- farabi telah membuat berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah
buku penting dalam bidang musik, kitab Al-musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal
adalah Al-Madinah
Al- fadhilah (kota atau Negara utama) yang membahas tentang
pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara razim yang
paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.
2.
Al-Khawarizmi (780 M – 850 M),
hasil pemikiran berdampak besar pada matematika, yang terangkum dalam buku
pertamanyanya, Al-jabar, selain itu karyanya adalah Al-kitab Al-
mukhtasar fi hisab Al-jabr wa’al – muqalaba (buku rangkuman untuk
kulturasi dengan melengkapkan dan menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan
Bumi). Karyanya tersebut sampai sekarang masih tersimpan di Strassberg, Jerman.
3.
Al – Kindi (801 M – 873 M), bisa
dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan islam. Al-kindi
menuliskan banyak karya dalam bidabg goemetri , astronomi, aritmatika, musik
(yang dibangunya dari berbagai prinsip aritmatis), fisika, medis, psikologi,
meteorology, dan politik.
4.
Al-Ghazali (1058 M – 111 M) adalah
seorang filsuf dan theolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia
Barat. Karya beliau berupa kitab-kitab, antara lain kitab Al – munqidih min adh
– dalal, Al – risalah al – quadsiyyah, dan mizan al – Amal.
5.
Ibnu sina ( 980 M – 1037 M ). Ia
di kenal sebagai A Vicenna di dunia barat. Ia adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang beliau adalah bapak
pengobatan modern dan masih banyak lagi sebutan baginya yang
berkaitan dengan karya – karyanya di bidang kedokteran. Karyanya merupakan
rujukan di bidang kedokteran selama berabad – abad.
6.
Ibnu Rusyd (1226 M – 1198 M), yang
bahasa latin di sebut dengan Averroes, dan dia adalah filsuf dari spanyol
(Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan
fiqih dalam bentuk karangan, ulasan, essai, dan resume.
7.
Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M),
adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan sering disebut sebagai bapak
pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah ( pendahuluan ).
8.
Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (
721 M – 815 M ), dia adalah seorang tokoh islam yang mempelajari dan
mengembangkan ilmu kimia.
9.
Al – razi ( 856 M – 925 M ), yang
dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis ynag terbesar pada masa
itu dan pernah mengadakan suatu penelitian Al-kimi atau lebih dikenal
dengan sebutan ilmu kimia. Beliau mengarang Ensiklopedia ilmu kedokteran yang
berjudul Contenens.
10. Ibnu Haitam dikenal dalam kalangan cerdik pandai di barat,
dengan nama Alhazen, Dia adalah seorang ilmuwan islam yang ahli dalam
bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak
pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya dan telah memberiakn ilham kepada
ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop
dan teleskop.
11. Al–Battani (850 M – 929 M), memberikan kontribusi untuk astronomi
dan matematika. Dalam astronomi, al–Battani juga meningkatkan ketepatan
pengukuran presesi sumbu bumi.
12. Dalam bidang fikih ada Imam Hanafi ( 699 M – 767 M ), Imam
Malik ( 712 M – 798 M ), Imam Syafi’I (767 M – 820 M ) dan Imam Hanbali ( 780 M
– 855 M ), yang besar dengan kitab masing – masing
13. Dalam bidang sosial, terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi (
1179 M – 1229 ), yang mengarang kitab Mu’jam al – buldan (kamus Negara).
Ibnu Yunis, Umar Al- khayyam , Will Durant, Feilding H. Gorrison, dan Abu
Rayhan al – Biruni, di bidang sains dan antropologi.
14. Shen Kou ( 1031 M – 1095 M ), sorang ilmuwan cina yang pertama
kali menggambarkan magnet jarum-kompas yang digunakan untuk navigasi.
15. Su Song (1020 M – 1101 M), juga seorang astronom yang menciptakan
langit bintang pada Atlas.
16. Jamal Al–din, mendirikan observatorium ikhtiar Al–din yang
merancang pembangunan istana raja di laut utara.
D. Zaman Renaissance
Zaman ini
berlangsung pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance
sering diartikan denagn kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth),
yaitu di lahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir , dan jauh
dari ajaran – ajaran agama.
Tokoh – tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sebagai
berikut :
1. Nicolaus Capernicus ( 1473 M – 1543 M ), adalah seorang astronom,
matematikawan, dan ekonom yang berkembangsaan Polandia. Ia mengembangkan Teori
Heliosentris (Tata Surya berpusat di matahari).
2. Galileo Galilei ( 1564 M – 1642 M ), adalah seorang astronom,
filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi
ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop (
dengan 32 x pembesaran ) dan berbagai observasi astronomi. Dia adalah orang
pertama yang melukiskan tata surya seperti yang kita kenal sekarang.
3. Tycho Brahe ( 1546 M – 1601 M ), adalah seorang bangsawan Denmark
yang terkenal sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Tycho adalh
astronom pengamat paling menonjol di zaman pra –teleskop. Akurasi
pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada masa
itu.
4. Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), adalah astronom jerman,
Matematikawan dan astrolog. Ia paling di kenal melalui hukum gerakan
planetnya. Kepler juga ahli optic dan astronomi. Penjelasannya
tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku ‘’supplement to
witelo , expounding the optical part of astronomy’’. Ia orang
pertama yang menjelaskan cara kerja mata.
5. Fancies Bacon ( 1561 M – 1626 M ), adalah seorang filsuf,
negarawan dan penulis Inggris. Karya – karyanya antar lain membangun dan
mempopulerkan motodologi induksi untuk penelitian ilmiah, sering kali disebut
metode Baconian.
6. Andreas Vesalius ( 114b M – 1564 M ), adalah ahli anatomi. Ia memperkenalkan
tentang anatomi tubuh manusia. Ia juga menulis sebuah teks mengenai tumbuhan
obat.
Renaisans adalah suatu periode sejarah yang mencapai titik
puncaknya kurang lebih pada tahun 1500. Perkataan “renaisans” berasal dari
bahasa Prancis Renaissance yang
artinya adalah “lahir kembali” atau “kelahiran kembali”. Yang dimaksudkan
adalah kelahiran kembali budaya klasik
terutama budaya Yunani Kuno dan budaya Romawi Kuno yang dapat melakukan
kegiatan pemikiran secara bebas tentang segala kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, termasuk kehidupan bertuhan.
Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni,
pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan
intelektual abad pertengahan. Masa renaissance bukan suatu perpanjangan yang
berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi
budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi abad pertengahan.
Dilihat dari definisinya, kata “renaissance” menyiratkan sebuah
pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance
dipandang sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang
dianggap sebagai “klasik”) ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya,
sekalipun semasa renaissance banyak orang membaca kesusastraan klasik dan
mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari
renaissance adalah lahirnya banyak pembaruan maupun penciptaan. Universitas
tumbuh menjamur di seantero Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak.
Abad Renaisans (Bahasa Prancis/Bahasa Inggris : Renaissance;
Bahasa Italia : Rinascimento; arti harfiah : kelahiran kembali) adalah sebuah
gerakan kebudayaan antara abad ke-14 hingga abad ke-17, bermula di Italia pada
akhir Abad Pertengahan dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan ini
mencakup kebangkitan pengetahuan berdasarkan sumber-sumber klasik, tumbuhnya
panutan pada Sri Paus dan segala sesuatu yang anggun, perkembangan gaya
perspektif dalam seni lukis, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Gerakan Masa
Pencerahan memberikan efek yang luar biasa pada semua usaha untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan, tapi mungkin yang paling terkenal adalah kemajuan dari segi
kesenian dan kontribusi dari pada polymath (orang yang memiliki ilmu yang
tinggi dalam berbagai macam hal) seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo,
yang menyebabkan munculnya sebutan Renaissance Men.
Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan
Italia. Hal ini dipicu kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut
membuat para pemikir dan seniman menyingkir dari Romawi Timur menuju Eropa
Barat.
Mereka menyadari telah dimulainya masa mesiu peledak dan untuk
menguasai teknologi tersebut mereka harus
melepaskan diri dari pengaruh mistisisme zaman pertengahan dengan
kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena dianggap
pelanggaran terhadap misi ketuhanan.
Potret keluarga Medici oleh Ghirlandaio. Perkembangan pertama
renaisans terjadi di kota Firence. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan
sistem pemerintahan kepausan menjadi penyokong keuangan dengan usaha
perdagangan di wilayah Mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan
seniman memiliki kebebasan besar karena tidak perlu lagi memikirkan masalah
keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja. Keleluasan ini
didukung oleh tidak adanya kekuasaan dominan di Firenze. Kota ini dipengaruhi
secara bersama oleh bangsawan dan pedagang.
Dengan kebebasan besar itu, seniman dapat berkumpul dan mendirikan
gilda-gilda seni yang mengangkat nama banyak seniman terkenal. Melalui gilda
ini seniman mendelegasikan pekerjaan, bekerja sama, hingga mendidik bakat-bakat
baru.
Abad renaisans memiliki sebuah sejarah yang panjang dan rumit, dan
selalu muncul perdebatan di antara para sejarawan mengenai kegunaan kata ‘ Masa
Pencerahan’ sebagai sebuah kata rujukan dan sebagai sebuah masa sejarah.
Beberapa di antara mereka mempertanyakan apakah Masa Pencerahan benar-benar
sebuah kemajuan kebudayaan dari Abad Pertengahan, atau hanya melihatnya sebagai
suatu periode pesimisme dan nostalgia atas era klasik.
Walau sejarawan abad ke-19 lebih suka untuk menekankan bahwa Abad
Renaisans merupakan perubahan yang jelas dari pola pemikiran dan kelakuan Abad
Pertengahan, beberapa sejarawan modern belakangan lebih memerhatikan nilai
kesinambungan antara kedua era tersebut. Saat ini sudah lumrah untuk menganggap
bahwa penilaian akan satu era lebih baik atau lebih buruk dari era yang lain
merupakan hal yang salah. Hal ini menyebabkan beberapa sejarawan untuk menyerukan
agar mengakhiri penggunaan kata ‘Masa Pencerahan’ tersebut yang dianggap
sebagai sebuah hasil pemikiran presentisme.
Zaman renaissance adalah zaman kelahiran kembali. Dalam zaman
renaissance kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Kasusastraan, seni dan
filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan Yunani-Romawi. Pembaruan
terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu adalah
“antropo-sentrisme”nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos,
seperti dalam zaman kuno, atau tuhan, seperti dalam abad pertengahan, melainkan
manusia. Mulai zaman renaissance, manusialah yang dianggap sebagai titik fokus
dari kenyataan.
Pada zaman renaissance manusia dipandang sebagai pusat sejarah,
pusat pemikiran, pusat kehendak, kebebasan dan dunia. Zaman renaissance juga
memperlihatkan dalam seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir yang mempunyai
kenyataan manusiawi, sebagi objeknya : Ekonomi, Sosiologi, Psikologi,
Psikoanalisis, dan sebagainya.
Pada masa renaissance terdapat metode yang efektif dalam cara
berpikir yaitu dengan melalui pendekatan ilmu secara sistematis. Satu-satunya
metode yang efektif dalam cara berpikir secara sistematis dalam zaman Yunani
dan Romawi ini disebut metode pendekatan silogistik.
Bahasa Yunani dianggap sebagai perintis pertama dalam mendekati
perkembangan ilmu secara sistematis. Keberhasilan tersebut kemudian diikuti
oleh bangsa Babylonia dan Hindu yang memberikan sumbangan yang berharga
meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir. Setelah ini muncul bangsa
Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan
saja menyumbangkan perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan sistem
klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi
penjabaran secara deduktif pengalaman-pengalaman manusia. Terlepas dari
tendensi mereka untuk menitikberatkan teori-dengan sering melupakan pengalaman
empiris-dan kurang memerhatikan percobaan sebagai sumber bukti keilmuan, bangsa
Yunani dapat dianggap sebagai perintis dalam mendekati perkembangan ilmu secara
sistematis.
Aspek positif semangat renaissance adalah :
1. Bermakna kebangkitan
2. Kembali percaya akan kekuatan akal
3. Tokohnya Rene Descartes yang menyatakan manusia makhluk berpikir (Cogito
ergo Sum)
4. Ilmu pengetahuan dengan metode skeptik
5. Bangkitnya paham rasionalisme
6. Perlawanan pemikiran bebas terhadap agama
7. Penelitian filsafat alam yang meragukan konsep geosentris
8. Mazhab Itali dan temuan heliosentris
9. Perkembangan empirisme dan positivism
10. Lahirnya ilmu pengetahuan
11. Filsafat vs. Ilmu pengetahuan
12. Bercerainya filsafat dengan ilmu pengetahuan (abad ke-17 hingga
abad ke-20).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar