"Kisah Hidupku"

“KISAH HIDUPKU”

              Malam telah tiba, matahari pun telah terbenam. Cahaya bintang pun telah menyinari seisi bumi seperti hari-hari sebelumnya,dengan sinar yang amat terang nan pemandangan yang indah. Aku pun terduduk di sebuah taman yang pada saat itu tampak sunyi.  

     Di sana, aku hanya dapat terdiam seorang diri seakan pikiran ini serasa hampa. Aku tak tahu lagi, apa yang harus aku lakukan agar goresan yang telah menodai hati ini, bisa kembali utuh seperti saat aku bersama orang yang telah menjadi pujaan hatiku. Jujur, aku tak rela jika aku harus berpisah dengan pujaan hatiku itu.

      Entah mengapa?, aku sangat sulit untuk melepasnya dari kehidupanku, seakan diri ini terasa lumpuh jika aku tak berada di sampingnya. Aku mencoba mencurahkan isi hatiku pada seseorang yang telah aku anggap Malaikat,yaitu ibuku sendiri. Akan tetapi semua yang aku curahkan, tidak membuahkan hasil.

       Mungkin, salah satu jalan keluarnya ialah terdiam memendam perasaan rasa sayang sekaligus rasa bersalah kepadanya. Karena pada saat itu, aku telah membuat kesalahan berulang-ulang kepadanya. Aku telah melakukan hal yang ia sangat benci, yaitu membuatnya Menunggu. Aku membuat diriku sendiri menjadi kehilangan pujaan hatiku.

    

      Sekarang, aku hanya bisa melakukan hal bodoh setiap malamnya yaitu menunggu saat bintang jatuh, dengan melihat langit indah bertabur tema ram bintang setiap malamnya. Sang dewi malam dengan anggun menebar senyumnya yang merekah. Seperti bibir bidadari surga.

       Aku mendengar kata orang, kalau bintang jatuh dapat mengabulkan permintaan manusia.

 kalau iya, aku rela menunggu benda langit itu tertarik gravitasi bumi, meski harus menantinya tiap malam, hanya untuk satu permintaan, yaitu meminta agar aku tetap bisa hidup bersama dengan pujaan hatiku itu.

    Ah, kenapa pula aku jadi seperti bocah akibat termakan omongan orang. Mana mungkin benda langit yang tak mampu melawan takdir  untuk dirinya sendiri tersebut mampu mengabulkan keinginan makhluk lain?

       Seandainya bintang jatuh mampu mengabulkan keinginan, pasti dia akan meminta sendiri kepada Tuhan agar kontraknya di atap dunia diperpanjang.

Sayang, saat ini, aku yang sedang sentimentil merasa bintang yang menggoda itu seakan seperti pantulan cermin diriku sendiri.

       Awalnya begitu indah, tinggi di awang-awang namun tak terjamah, jauh, dan jika Tuhan menghendakinya jatuh ia tak mampu melawan.seperti halnya aku saat ini, tak mampu berbuat apa-apa,jika orang yang aku sayang ingin pergi meninggalkanku, aku tak mampu melawan karena itu semua akibat dari ulahku sekalipun aku mencoba mengemis-ngemis di hadapannya dan menjelaskan kembali bahwa aku tak bisa hidup tanpanya.

 Akan tetapi, aku takkan pernah menyerah dan berhenti untuk mencintainya sekalipun suatu saat nanti dia bersama dengan wanita lain.

           Aku akan mencoba bertahan hidup dengan perasaan cinta dan sayangku kepadanya, meskipun masa laluku dengannya yang akan menemani keseharianku. Memang, terdengar gila tetapi memang aku tergila-gila untuk tetap mencintainya. Masa laluku dengannya membuat aku tak bisa hidup tanpanya dan tak sanggup kehilangan dirinya.

     Setahun sudah berlalu kepedihan ini, aku hanya memilih terdiam mengenang saat-saat aku bersamanya. Sudah setahun pula, aku menghabiskan malam tanpa menutup mata. Berdiam diri di balkon kamarku sambil menatap langit berharap dapat menemukan bintang jatuh.

    Akan tetapi, malam ini kupastikan tak ada bintang jatuh, hujan sudah mengguyur bumi mulai sore tadi, tapi aku tetap seperti hari-hari sebelumnya. Waktu terus berlalu tetapi, cinta dan sayangku untuknya tak akan mungkin musnah dari hatiku.

     Berhari-hari telah aku jalani hidup yang terasa hampa menunggu kehadirannya kembali. Akan tetapi, roda waktu yang terus berputar telah mengurangi waktuku untuk bertahan hidup dan juga karena  termakan usia, penyakit-penyakit yang terus datang menghampiriku, seringkali hampir merenggut nyawaku.

       Mungkin ini sudah menjadi takdir hidupku yang hidup tanpa orang yang aku nanti tak kunjung bersamaku tetapi malah hidup bertahan dengan bayangan orang yang aku sayang dan menyandang status yang amat menyakitkan dikalangan wanita yaitu di cap sebagai gadis tua. Ataukah mungkin, ini sebuah “karma”?

 yang telah melanda hidupku yang membuatku menunggunya hingga ajal menjemputku.

         Dengan berjalannya waktu, aku berpikir  kalau nyawaku mungkin tak utuh lagi. Hanya Tuhan serta kematianku yang dapat membebaskanku dari pahitnya takdir hidupku ini.(*)

Created by:

   Aryani lestari mulkar